Peluang Pasar Besar, Pertamina Gandeng BSM Penuhi Gas Jawa Barat

02.41 Bright Gas Sukabumi 0 Comments

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan neraca gas yang dirilis PT Pertamina (Persero) serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan perkiraan defisit gas di Indonesia terberat di wilayah Jawa Barat periode 2015-2030.

Ini menjadi peluang pasar gas yang besar di Jawa Barat. Potensi pasar ini didukung jaminan ketersediaan LNG (liquefied natural gas) serta identifikasi pelanggan. Untuk itu, Pertamina mulai menjajaki pemenuhan kebutuhan gas tersebut sesuai dengan strategi bisnis. Terbaru adalah Pertamina menerima tawaran bekerja sama dengan PT Bumi Sarana Migas (BSM) untuk membangun terminal energi terpadu di Bojonegara, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. 

Pengamat energi Komaidi Notonegoro menyambut baik kerja sama Pertamina dan BSM tersebut. Yang penting, dalam setiap proses kerja sama dilakukan secara transparan dan terbuka. “Intinya, secara korporasi prosesnya clear and clean,” ujar Direktur Eksekutif ReforMiner Institute itu dalam keterangan tertulis, Senin, 21 November 2016. 

Menurut Komaidi, proyek ini tidak akan menguntungkan satu pihak saja. Kerja sama seperti ini murni business to business guna mengantisipasi defisit gas. Apalagi Pertamina, selain menjadi offtaker, ikut dalam manajemen untuk menjamin kualitas produk sebelum sampai ke konsumen.

Seperti diketahui, dalam kerja sama ini, PT BSM memberikan kepercayaan kepada Pertamina memegang 100 persen offtaker LNG. Offtaker adalah pembelian hasil-hasil minyak dan gas bumi serta turunannya untuk kemudian didistribusikan kembali kepada konsumen. 

Pertamina sendiri menjadi salah satu pemegang saham konsorsium BSM untuk mengelola kilang LNG Receiving Terminal Bojonegara, Provinsi Banten. Rinciannya terdiri atas PT BSM, Tokyo Gas, Mitsui, dan PT Pertamina.

Komaidi menjelaskan bahwa kerja sama BSM dan Pertamina paling tidak menjadi solusi jangka panjang. Ketika Pertamina ditunjuk sebagai offtaker, yang harus diperhatikan adalah keadaan keuangan perusahaan. "Jika hitung-hitungannya bisnis menjadi offtaker bagus, ya silakan lanjutkan. Tapi, kalau jelek, ya jangan dilanjutkan," ucapnya.

Komaidi menambahkan, kehadiran Pertamina dalam bisnis migas menjadi nilai penting bagi investor swasta. Pertamina dianggap merupakan tangan kanan pemerintah untuk sektor migas. "Dan ini menjadi satu insentif sendiri bagi swasta, terutama terkait dengan pasar." 

Pembentukan konsorsium pengadaan LNG, menurut Komaidi, adalah semata untuk menciptakan keberlanjutan pasokan. Jika pasokan baik, dampaknya pada harga adalah harga akan stabil, apalagi jika pasokannya dari dalam negeri. Kalau pasokan impor, harga tertekan bukan hanya dari produk, tapi dari nilai mata uang. "Jadi harus dilihat sejauh mana pasokan produksi konsorsium mampu menopang kebutuhan dalam negeri," ucapnya.

Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro pernah mengatakan Pertamina siap menjadi offtaker asalkan bisa mendapat saham pada kilang tersebut. Selain itu, Pertamina berharap ditunjuk menjadi operator kilang. Pengalaman dalam mengelola kilang selama ini telah menjadi poin lebih bagi Pertamina.

Menurut Wianda, dari hasil pembicaraan dengan para investor, tidak ada yang mempermasalahkan kerja sama dari sisi kilang. Investor meminta lebih banyak dari sisi retail untuk mendistribusikan produk hasil kilang di daerah-daerah yang tingkat konsumsinya besar.


sumber : https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/11/21/090821805/peluang-pasar-besar-pertamina-gandeng-bsm-penuhi-gas-jawa-barat

You Might Also Like

0 komentar: